Jazz Ruang Ekspresi

Yunita Yolanda, Agam Hamzah dan Budhy Haryono

Tari saman dan musik jazz. Bagaimana jika dua seni dunia tersebut di kolaborasikan?

Himpunan Pelajar Mahasiswa Gayo Lues (Hipemagas) memberi jawaban, mereka menggelar even bertajuk “Kolaborasi Saman Gayo dan Jazz” di Gedung Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh. Sabtu 7 Desember 2013.

 Boleh jadi, malam itu milik mahasiswa Gayo, mereka terlalu berani menggelar even yang mungkin tak terpikir orang banyak. Apalagi musik jazz, tidak terlalu mendapat sambutan empuk di telinga anak muda Aceh, mereka lebih dulu mabuk pop.

Terus terang, Hipemagas sangat kreatif, mereka punya ide ‘gila’ yang memukau penonton habis-habisan yang didominasi anak muda, mata mereka dibuat melotot, kagum. Saya yakin mereka tak sadar saat menggoyangkan kepala mengikuti irama jazz.

“Even ini sangat berbeda, paling hebat tahun ini, saya sangat terhibur dan takjub sekali” Komentar Helmi salah satu penonton.

Saya sependapat dengan Helmi, malam minggu itu terlalu berarti, sebab saya bisa menikmati musik favorit gratis di bangku ketiga dari depan, bahkan saya sempat nyelonong ke bawah panggung mengabadikan beberapa gambar.

Farabi All Stars berkolaborasi dengan Tari Saman
Usai kolaborasi saya berkesempatan ngobrol dengan Budhy Haryono, drummer yang tergabung dalam Farabi All Star, sekolah musik pimpinan maestro jazz Indonesia, Dwiki Dharmawan. Selain Budhy ada juga Agam Hamzah (Gitar), Adi Darmawan (Bass) Elanda Yunita (Keyboard) dan Daud Debu (Perkusi).

“Apapun jenis musiknya, tariannya selama bisa digabungkan dan tidak melanggar norma, selama itu berkesenian saya tertarik.” Kata Budhy

Budhy berterus terang kalau kolaborasi tersebut punya banyak kesulitan, sebab baru pertama kali berkolaborasi dengan tari Saman, apalagi mereka tidak punya banyak waktu untuk latihan, hanya memiliki beberapa jam.

“Buat kita ini sesuatu yang baru, saat manggung bermain jazz, kita merespon tari Saman, patokannya berapa kali mereka nyanyi dan berapa kali mereka nari, awalnya jazz berusaha mengalah dulu, setelah komposisi dapat baru baru kita masuk berkolaborasi.” Kata pemusik berkacamata asal Bandung tersebut.

Menurutnya kolaborasi itu bukan sekedar kulit luar. “Saya pribadi saya mesti mengenal dengan penari Saman, paling tidak bergaul bareng dua jam, setidaknya ada kontak emosi batin, jadi bisa lebih masuk.” Sambung mantan drummer Band Gigi itu.

Katanya, perpaduan sesama pemusik jazz bukan spontanitas, sesama pemain bisa saling merespon, jika saat latihan beda di panggung bisa jadi juga beda. “Yang penting kita ada konsep.” Katanya.

Lebih lanjut Budhy mengatakan jazz memberikan ruang ekspresi lebih, misalnya saat ada yang bermain gitar solo, Budhy sebagai drummer hanya merespon. “Saya ibarat tim suksesnya pemain gitar, untuk membuat solonya sukses. Begitu juga dengan pemusik lainnya, saling merespon”. Kata penyuka sanger ini.

Budhy Haryono, Adi Darmawan dan Daud Debu.
Lelaki yang sudah sering ke Aceh ini berharap kolaborasi saman gayo dan jazz tersebut bisa menjadi embrio. “Kolaborasi itu harus berani, ibarat minyak sama air kalau di diemin dia terpisah, tapi kalau digoyang, dikocek dia akan menyatu.” Ungkapnya.

Selain Budhy saya juga sempat ngobrol singkat dengan pemain keyboard Elanda Yunita.

“Asik banget, kita dari musik modern harus mengakomodasi yang musik etnik, jadi ketika berubah tempo, kita bisa ikuti. Siangnya kita juga sempat latihan sebentar, menyesuaikan bagian-bagian mana yang bisa bareng, trus ada juga bagian yang kita biarkan tari Saman lepas sendiri” Kata pemusik yang baru pertama kali ke Aceh ini.

Yulanda berharap punya lebih banyak waktu di Aceh.  Baginya, paling penting acara kolaborasi tari saman dan jazz berjalan lancar. Yulanda juga mengaku sangat menyukai kopi di Aceh “Hari ini sudah empat gelas, muka saya udah kinclong” Katanya disambut tawa lepas.[]

Saya (dua dari kiri) foto bareng Budhy Haryono (tengah) dan kawan-kawan SidomBlogger

Popular posts from this blog

Keren! Cewek Aceh Nyanyi Hip Hop

Ikan Sebelah, Makanan Sisa Nabi Musa

Momen Simpang Mulieng