Lingkaran Kecil itu Bernama Sidom
instagram.com/zulhamyusuf |
Dua hari sebelumnya, saya menerima SMS ajakan adik angkatan saya di kampus, namanya Wulan Nur Rahmi, singkatnya Ami. "Bang BJ bantu kami buat pelatihan blog di kampus, bla bla bla" saya yakin, saat menulis sms itu Ami sedang pasang muka melas dan penuh permohonan. "Oke", ajakan saya terima sebab ada kata Blog. Hmmm. "Entah apa yang membentur kepala mereka, sehingga sudah mulai go blog di kampus" Ini kata saya dalam hati.
Tibalah hari perkumpulan lingkaran itu, Senin 21 Oktober 2013. "Sebenarnya kita beda angkatan, tapi ketika kita sudah berkumpul seperti ini, kita semua sama. Tak ada istilah abang, kakak atau adik leting." Kata Nurkhalis, dosen muda dan pandai memainkan emosi wanita, baik hati juga. Dia dosen yang menolak dipanggilin "Bapak" sebab saya menduga, jangankan punya anak nikah aja belum.
"Saya yakin kalian yang ada disini adalah orang-orang kreatif yang akan berkarya lewat tulisan atau foto lewat blog." Karena di desak, saya ikut menyumbang lewat kata-kata. Perlu anda tau, ketika saya berbicara di depan banyak mata, apalagi di hadapan dan di lingkari cewek-cewek cantik, jantung saya berdetak dua atau tiga kali lipat dari detakan standard nasional jantung masyarakat indonesia.
Sebagai angkatan senja yang masih berjuang untuk bisa memakai busana toga, saya bangga dengan mereka di lingkaran itu, saya kira setiap mahasiswa harus punya blog, sebab portal yang bisa di akses masyarakat dunia ini, wadah tepat untuk berkarya. Saya pikir mahasiswa itu unik, mereka punya pemikiran dan ide-ide segar yang berbeda-beda, maka melalui blog, ide itu dikemas dan disalurkan, selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Untuk itulah saya bergabung dengan mereka, siapa tau jiwa kreatif mereka berimbas pada saya sendiri.
Acara tersebut memakan waktu sekira sejam setengah, kami sepakat membuat sebuah komunitas blogger mahasiswa. Dengan beberapa lemparan obrolan yang alot kami memilih sederet usulan nama komunitas dengan cara voting. Sidom, nama yang akhirnya terpilih. Saya sendiri suka dengan bahasa aceh yang berarti Semut ini. Semut, makhluk kecil yang punya jiwa kebersamaan tinggi dalam membangun komunitas. Meski kecil tapi semut punya gigitan kuat, pedih dan berbekas.
Saya pikir komunitas ini bisa mengambil nilai positif dari Semut, semoga Sidom yang berawal dari lingkaran kecil ini, panjang umur dan selalu menelurkan karya, lewat ide-ide kuat yang siap menggigit dunia dengan hal-hal yang positif dan kreatif. Amin.