Baterai Blackberry Cepat Hamil
SATU bulan sudah Blackberry (BB) Gemini terparkir dalam lemari tanpa baterai, saya taruh diatas kotak yang membungkusnya saat membeli beberapa bulan yang lalu, satu bulan itu saya tanpa notifikasi Blackberry Messenger, Email dan Twitter. Rasanya ada sesuatu yang hilang, namun hal itu tak terlalu berarti seperti kehilangan seorang kekasih, sebab selain Blackberry saya punya 'selingkuhan' lain yaitu si Robot Ijo alias Android yang tertanam di Samsung Galaxy Ace.
Walau Android tak punya Blackberry Messenger untuk chatingan sesama kaum, paling tidak, dengan Android saya masih bisa SMS, ngecek email masuk, nyimak timeline twitter, saat sedang ngopi atau sedang menunggu seseorang.
Nah, hari ini BB saya kembali di jalur online, saya punya perasaan tak tega melihat terparkir terus, ketika saya membuka lemari mau ganti baju. Membawa BB ke jalur online juga butuh pertimbangan, tak cukup perasaan, sebab harus merogoh saku yang lumayan dalam untuk satu unit baterai, apalagi ini baterai yang ketiga, gara-gara aus yang dua dulu makanya saya parkir sementara.
Baterai asli bawaan toko yang saya beli sudah 'hamil' karena kebiasaan mencolok charger pengisian terlalu lama, kembungnya pun pelan-pelan hingga casing belakang pun tak mampu merekat bodi, untuk antisipasi supaya tidak lepas, saya pasang karet yang biasa digunakan untuk bungkusan. Terlihat lucu dan nyeleneh, yang penting masih nyala.
Akhirnya tiba saat baterai pertama yang asli almarhum, suatu malam lagi asyik nyimak timeline twitter, layar BB saya berubah warna putih bersih, bertanda nyawa sudah melambung. Besoknya saya beli baterai kedua yang baru, namun bukan original. "Bla... bla... bla... pokoknya baterai ini sangat bagus bang" kata cewek penjual yang punya tampang lumayan itu. Belum sampai satu bulan baterai BB kedua, juga membuat layar BB muncul warna putih. Satu lagi nyawa melambung, waktu itu saya sedang makan sate. Hadeuh.
Begitulah cerita dua baterai, dan baterai yang sedang saya pakai sekarang, harganya sedikit lebih mahal dari baterai kedua, walau bukan asli tapi lebih bagus dari yang asli sebab punya mAh yang lebih tinggi, kata penjual yang kali ini lelaki itu. Lagi-lagi saya termakan rayuan sakti sang penjual. Ya sudahlah yang penting BB saya tak lagi terparkir.
Namun bila dibandingkan dengan baterai Android, menurut pengalaman saya, soal kehamilan (kembung/suak), baterai android lebih tahan, walau di charger dalam waktu yang relatif lama, bahkan saya lebih dulu membeli Android, tapi sejak baterai BB suak, baterai Android sudah jarang charger dalam waktu yang lama. Takutnya baterai android juga ikut almarhum.
Walau Android tak punya Blackberry Messenger untuk chatingan sesama kaum, paling tidak, dengan Android saya masih bisa SMS, ngecek email masuk, nyimak timeline twitter, saat sedang ngopi atau sedang menunggu seseorang.
Nah, hari ini BB saya kembali di jalur online, saya punya perasaan tak tega melihat terparkir terus, ketika saya membuka lemari mau ganti baju. Membawa BB ke jalur online juga butuh pertimbangan, tak cukup perasaan, sebab harus merogoh saku yang lumayan dalam untuk satu unit baterai, apalagi ini baterai yang ketiga, gara-gara aus yang dua dulu makanya saya parkir sementara.
Baterai asli bawaan toko yang saya beli sudah 'hamil' karena kebiasaan mencolok charger pengisian terlalu lama, kembungnya pun pelan-pelan hingga casing belakang pun tak mampu merekat bodi, untuk antisipasi supaya tidak lepas, saya pasang karet yang biasa digunakan untuk bungkusan. Terlihat lucu dan nyeleneh, yang penting masih nyala.
Akhirnya tiba saat baterai pertama yang asli almarhum, suatu malam lagi asyik nyimak timeline twitter, layar BB saya berubah warna putih bersih, bertanda nyawa sudah melambung. Besoknya saya beli baterai kedua yang baru, namun bukan original. "Bla... bla... bla... pokoknya baterai ini sangat bagus bang" kata cewek penjual yang punya tampang lumayan itu. Belum sampai satu bulan baterai BB kedua, juga membuat layar BB muncul warna putih. Satu lagi nyawa melambung, waktu itu saya sedang makan sate. Hadeuh.
Begitulah cerita dua baterai, dan baterai yang sedang saya pakai sekarang, harganya sedikit lebih mahal dari baterai kedua, walau bukan asli tapi lebih bagus dari yang asli sebab punya mAh yang lebih tinggi, kata penjual yang kali ini lelaki itu. Lagi-lagi saya termakan rayuan sakti sang penjual. Ya sudahlah yang penting BB saya tak lagi terparkir.
Namun bila dibandingkan dengan baterai Android, menurut pengalaman saya, soal kehamilan (kembung/suak), baterai android lebih tahan, walau di charger dalam waktu yang relatif lama, bahkan saya lebih dulu membeli Android, tapi sejak baterai BB suak, baterai Android sudah jarang charger dalam waktu yang lama. Takutnya baterai android juga ikut almarhum.