Bervirus Gara-gara Makmur
Sepulang dari Peunayong tempat saya dan Makmur baru saja mengenyangkan perut melahap sate, tangan saya terasa gatal-gatal, gejala seperti itu biasanya pertanda, entah darimana saya akan segera mendapatkan rezeki dengan cuma-cuma. Tapi sepertinya kegatelan ini agak lain, ingin menarikan jemari di atas keyboard, menulis.
Makmur adik leting saya di kampus, soal menulis saya yang menjadi adik letingnya, sebab di umur yang masih muda tulisannya seringkali dimuat di media lokal di Aceh, kelihaiannya dalam merangkai kata, sudah diakui oleh penulis-penulis senior yang saya kenal. Dari menulis Makmur sudah mampu membiayai kuliahnya, sedikit sekali saya melihat mahasiswa yang seperti Makmur.
Mungkin tangan saya gatal ingin menulis diakibatkan ketularan virus menulisnya Makmur saat makan berdua dengannya di warung yang khusus dijual sate matang itu, saya jadi ingin menguras otak memaksakan kata-kata keluar dari jemari dan tersusun di Microsoft word. Tak peduli yang tersusun itu bagus atau tidak yang penting tulis, apa saja, saya sudah bervirus, gara-gara Makmur.
Saya menyarankan kepada kawan-kawan di kampus lainnya supaya sering-sering berjalan dan mengobrol dengan Makmur, bila belum kenal maka berkenalan dulu, dia lelaki sederhana, ramah senyum, ah saya malas mengakui kalau makmur ganteng, tapi itu kenyataannya. Saya yakin bila dekat-dekat dengannya maka virus keranjingan menulisnya sedikit tidaknya akan tertular pada kita, saya sudah merasakannya.
Saat selesai menyantap sate matang, saya dan makmur membuka wacana ringan sambil menyandar punggung di kursi yang memanjakan itu, kebanyakan wacana seputar suasana kampus yang kian tak karuan, mulai system perkuliahan tak jelas, dosen yang tak lihai mencerdaskan mahasiswa sampai minat baca mahasiswa yang sangat kurang, semua sadar salah satu konsumsi sehari-hari yang membuat manusia pintar yaitu dengan membaca, saya rasa dunia pun tau.
Memang, rumit mewacanakan hal itu, kami sebagai mahasiswa biasa juga tak bisa berbuat apa-apa. Kepada kawan-kawan terdekat di kampus lainnya sudah saya sampaikan supaya banyak-banyak membuang waktu dengan membaca daripada membuang waktu dengan memikirkan bosan melajang atau memburu wanita mana yang ingin dijadikan pacar.
Saya mengatakan hal itu, karena sudah melihat kelakuan mahasiswa yang kebanyakan seperti itu, selain menyusun makalah mereka memikirkan wanita pujaan atau wanita mana yang ingin dijadikan incaran. Saya juga mengakui saya juga melakukan hal itu sebelumnya, tapi saya sadar ada hal yang lebih penting dengan memikirkan hal lain, yaitu banyak membaca, menulis dan melahirkan banyak uang, seperti yang dilakukan oleh Makmur.
Saya dan Makmur tidak memproritaskan punya seorang pacar, itu urusan lain diluar aktivitas dalam berkarya, tapi soal perihal tentang calon pendamping sepanjang hidup kelak, kami sudah mewacanakan saat dalam perjalanan menuju warung sate itu, sepanjang jalan kami mewacanakan kriteria calon istri masing-masing.
“Sebelum menikah saya ingin berkeliling ke luar negeri dulu, tapi sebelum umur 30 tahun saya harus sudah menjadi suami” Kata makmur yang menjadi sopir kereta di malam itu.
“Nah kalau saya ingin punya istri yang pandai berbahasa inggris, kalau ke keluar negeri tak repot saat berkomunikasi dengan orang luar negeri, saya juga suka wanita dengan wajah yang tak bosan dipandang tapi harus lihai berbahasa inggris, rajin membaca dan pandai menulis” kata saya yang asik melirik sisi kiri jalanan tempat khusus penjual burger.
“Kalau saya tambah satu lagi, yaitu pandai memasak, sebab citarasa masakan buatan tangan istri lebih enak dan tak bosan dimakan, hehehe” Kata mahasiswa Jurnalistik semester 4 itu. Saya jadi heran entah darimana syarat itu ditemukan mungkin diantar oleh angin malam yang sepoi-sepoi itu.
Saya ikut tertawa, agak lucu membicarakan hal itu, rasanya masih belum wajar, ah setidaknya kami adalah manusia normal yang suka melakukan hal positif dan menguntungkan ketika masih muda yaitu berkarya, toh sesekali boleh juga berkarya tentang masa depan, hehehe tapi intinya manusia hanya merencanakan dan Maha Kuasa yang menentukan.
Saya teringat malam lainnya yang akan datang, tempat dimana yang asik untuk menghabiskan waktu bersama Makmur, biar lebih rame saya akan ajak kawan lainnya yang tak kalah hebat dengan makmur, hehehe lebih baik saya diskusikan dengan mereka dulu. Ada Saran?
Makmur adik leting saya di kampus, soal menulis saya yang menjadi adik letingnya, sebab di umur yang masih muda tulisannya seringkali dimuat di media lokal di Aceh, kelihaiannya dalam merangkai kata, sudah diakui oleh penulis-penulis senior yang saya kenal. Dari menulis Makmur sudah mampu membiayai kuliahnya, sedikit sekali saya melihat mahasiswa yang seperti Makmur.
Mungkin tangan saya gatal ingin menulis diakibatkan ketularan virus menulisnya Makmur saat makan berdua dengannya di warung yang khusus dijual sate matang itu, saya jadi ingin menguras otak memaksakan kata-kata keluar dari jemari dan tersusun di Microsoft word. Tak peduli yang tersusun itu bagus atau tidak yang penting tulis, apa saja, saya sudah bervirus, gara-gara Makmur.
Saya menyarankan kepada kawan-kawan di kampus lainnya supaya sering-sering berjalan dan mengobrol dengan Makmur, bila belum kenal maka berkenalan dulu, dia lelaki sederhana, ramah senyum, ah saya malas mengakui kalau makmur ganteng, tapi itu kenyataannya. Saya yakin bila dekat-dekat dengannya maka virus keranjingan menulisnya sedikit tidaknya akan tertular pada kita, saya sudah merasakannya.
Saat selesai menyantap sate matang, saya dan makmur membuka wacana ringan sambil menyandar punggung di kursi yang memanjakan itu, kebanyakan wacana seputar suasana kampus yang kian tak karuan, mulai system perkuliahan tak jelas, dosen yang tak lihai mencerdaskan mahasiswa sampai minat baca mahasiswa yang sangat kurang, semua sadar salah satu konsumsi sehari-hari yang membuat manusia pintar yaitu dengan membaca, saya rasa dunia pun tau.
Memang, rumit mewacanakan hal itu, kami sebagai mahasiswa biasa juga tak bisa berbuat apa-apa. Kepada kawan-kawan terdekat di kampus lainnya sudah saya sampaikan supaya banyak-banyak membuang waktu dengan membaca daripada membuang waktu dengan memikirkan bosan melajang atau memburu wanita mana yang ingin dijadikan pacar.
Saya mengatakan hal itu, karena sudah melihat kelakuan mahasiswa yang kebanyakan seperti itu, selain menyusun makalah mereka memikirkan wanita pujaan atau wanita mana yang ingin dijadikan incaran. Saya juga mengakui saya juga melakukan hal itu sebelumnya, tapi saya sadar ada hal yang lebih penting dengan memikirkan hal lain, yaitu banyak membaca, menulis dan melahirkan banyak uang, seperti yang dilakukan oleh Makmur.
Saya dan Makmur tidak memproritaskan punya seorang pacar, itu urusan lain diluar aktivitas dalam berkarya, tapi soal perihal tentang calon pendamping sepanjang hidup kelak, kami sudah mewacanakan saat dalam perjalanan menuju warung sate itu, sepanjang jalan kami mewacanakan kriteria calon istri masing-masing.
“Sebelum menikah saya ingin berkeliling ke luar negeri dulu, tapi sebelum umur 30 tahun saya harus sudah menjadi suami” Kata makmur yang menjadi sopir kereta di malam itu.
“Nah kalau saya ingin punya istri yang pandai berbahasa inggris, kalau ke keluar negeri tak repot saat berkomunikasi dengan orang luar negeri, saya juga suka wanita dengan wajah yang tak bosan dipandang tapi harus lihai berbahasa inggris, rajin membaca dan pandai menulis” kata saya yang asik melirik sisi kiri jalanan tempat khusus penjual burger.
“Kalau saya tambah satu lagi, yaitu pandai memasak, sebab citarasa masakan buatan tangan istri lebih enak dan tak bosan dimakan, hehehe” Kata mahasiswa Jurnalistik semester 4 itu. Saya jadi heran entah darimana syarat itu ditemukan mungkin diantar oleh angin malam yang sepoi-sepoi itu.
Saya ikut tertawa, agak lucu membicarakan hal itu, rasanya masih belum wajar, ah setidaknya kami adalah manusia normal yang suka melakukan hal positif dan menguntungkan ketika masih muda yaitu berkarya, toh sesekali boleh juga berkarya tentang masa depan, hehehe tapi intinya manusia hanya merencanakan dan Maha Kuasa yang menentukan.
Saya teringat malam lainnya yang akan datang, tempat dimana yang asik untuk menghabiskan waktu bersama Makmur, biar lebih rame saya akan ajak kawan lainnya yang tak kalah hebat dengan makmur, hehehe lebih baik saya diskusikan dengan mereka dulu. Ada Saran?