Buku Si Hah

Hah adalah sebutan sebuah ukuran, di tempat lain sebutan hah ini mungkin tidak kita temukan, karena sebutan itu hanya ada dalam kultur kehidupan orang aceh, ukuran hah sama dengan sehasta, orang tua aceh dulu menggambarkan panjang ukuran hah antara jarak ujung jari tangan sampai ke siku.

Misalnya tempo dulu sebelumnya adanya alat pengukur modern, seperti meteran, penggaris dan semacamnya, orang aceh menggunakan ukuran lengannya untuk mengukur luas dan panjang suatu benda. Ada juga pengukuran lainnya yang menggunakan anggota tubuh juga, seperti si jeungkai si deupa, untuk lebih jelasnya bisa dilihat disini http://fadli.web.id/jenis-dan-bentuk-ukuran-panjang-dalam-masyarakat-aceh.aspx

Sekarang pengukuran si hah itu sendiri sudah jarang digunakan, karena sudah ada alat yang lebih mudah di gunakan, namun di daerah pedalaman aceh, pengukuran menggunakan si hah itu masih ada yang menggunakannya, seperti yang di katakan kawan saya Rahmat RA.
Saya punya cerita tentang ukuran si hah itu, dulu waktu saya masih duduk di bangku SMP, saya selalu di belikan buku-buku tulis yang sangat tipis oleh Ayah saya, 30 lembar. Sebabnya setiap menulis catatan, saya kerap kehabisan kertas, hingga memaksa saya menulis di kulit belakang buku agar catatan lengkap seperti yang di dikte oleh Ibu Guru.

Saya paham, ayah saya membelikan buku tipis itu sesuai dengan pendapatan keuangannya, jajan saya selama SMP juga sama tipisnya, Rp 1000. Lebih kalau seandainya buat beli buku-buku pelajaran yang di sediakan sekolah, sesekali bertambah Rp1500 atau Rp2000, itupun saat saya merengek menangis berguling-guling di tanah, mengeluarkan airmata satu ember.

Saya tak tahan juga terus-terusan dibelikan buku tipis oleh ayah, apalagi setelah melihat kawan-kawan saya di sekolah kebanyakan memiliki buku-buku yang tebal, paling kurang 50 lembar atau 60 lembar, ada juga 100 lembar, membuat saya jadi sangat iri, toh saya juga tak sendirian ada juga kawan saya yang lain senasib dengan saya, 30 lembar juga.

Saya ceritakan bagaimana sedikit sekali tulisan yang muat pada buku 30 lembar saya pada ayah, walau buku itu masih ada lembar kosong di tengahnya, ayah saya tak habis pikir, saat itu juga saya di bonceng naik sepeda menuju warung Teungku Hasan, warung itu paling dekat dengan tempat tinggal saya. Hanya berjarak 100 meter.

Sampai di warung, ayah saya langsung menuju ke arah Teungku Hasan yang sedang baca Koran, “Teungku Hasan na buku yang ukuran si hah (Teungku Hasan ada buku yang ukurannya satu hah ” kata Ayah saya sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya memegang siku tangan kanannya itu artinya ukuran satu hah yaitu antara jarak ujung jari tangan sampai ke siku. Kurang lebih lengan ayah saya panjangnya 40 cm.

Saya paham maksud ayah, ia hanya bercanda pada Teungku Hasan, sambil menyindir saya dengan menyamakan buku tebal dengan ukuran satu hah, namun tak saya menghiraukannya, saya sambut dengan senyum lebar. Apalagi sore itu juga, untuk pertama kalinya saya memiliki buku tulis setebal 50 lembar. He he.[]

(Ulee Kareng 8 Sept 2010, 11:48)

Popular posts from this blog

Keren! Cewek Aceh Nyanyi Hip Hop

Ikan Sebelah, Makanan Sisa Nabi Musa

Momen Simpang Mulieng