Ditipu Tapi Puas
BAGAIMANA rasanya di tipu kawan sendiri? sungguh kita sangat kecewa, bahkan kawan yang kadang-kadang merasakan lapar dan kenyang secara bersama-sama, maklum dunia perantauan bagi keluarga yang ekonomi di bawah rata-rata seperti kami memang begitu adanya. Tapi kawan akrab itu suatu hari menipu saya, tak merembes ke titik permusuhan, malah tipuannya itu membuat saya puas hati.
Adalah dalam hal perkuliahan, kawan saya itu, namanya Rijal, sampai hati menipu saya. Waktu itu, Kamis 25 Februari 2009, saya bertolak ke kampung halaman karena sesuatu hal, karenanya saya tidak bisa menyelesaikan administrasi kuliah, saya meminta tolong pada Rijal agar menggantikan saya dalam mengurusi urusan kuliah.
Urusan itu mengambil nilai IP (indeks prestasi) saya yang belum keluar di bagian akademik kampus, karena sesuatu kesalahan, nilai IP atas nama saya jadi terlambat keluar, terpaksa saya harus mengambil beberapa hari kedepan, menunggu kesalahan diperbaiki. Makanya saya utus Rijal, karena saya pulang ke kampung halaman.
Saya baru saja melewati semester 3, di semester 1 saya mendapat IP yang di bawah standar, semester 2 saya juga mengalami hal sama, karena itu di semester 3 saya di batasi mengambil mata kuliah, saya menerima semua keanjlokan nilai IP, karena kesalahan dan kelalaian saya sendiri, kalau saya lebih yakin mungkin hal itu tidak akan terjadi pastinya.
Kini semester tiga usai sudah, IP belum saya ketahui berapa nilainya, karena saya di kampung, saya menunggu Rijal yang mengambil IP saya. Pada tanggal 26 Februari Jumat malam, saya mencoba mengirim SMS untuk Rijal, menanyakan berapa nilai IP saya. Dengan deg-degkan saya menunggu balasannya, berharap ia menyebutkan nilai yang tinggi.
Sesaat hape saya berbunyi, mata saya melotot layar hape, tombol view saya tekan dengan gelisah, bagaimana tidak, semester 3 ini, saya berniat tidak melalaikan, dan akan lebih mengutamakan kuliah daripada kerja. Niat kedepan, saya fokus kuliah dan optimids akan memetik nilai yang baik.
Balasan SMS muncul, tak lain dari Rijal, melihat SMS kiriman Rijal itu saya tambah gelisah, membuat semangat saya menurun untuk fokus kuliah di masa mendatang. Rizal melalui SMS itu mengatakan nilai IP saya adalah 0.95, saya terpana seakan tidak percaya.
Kurang yakin dengan nilai segitu rendahnya, saya meyakinkan dengan menelepon Rijal secara langsung, “Ia Zul, memang segitu nilai kamu, bagaimana mungkin saya bohong sama kamu” Kata Rijal meyakinkan. Telepon saya tutup, mencoba memikirkan nilai 0.95, saya tidak percaya, padahal selama kuliah saya selalu menyelesaikan tugas dosen dengan baik. Walau terkadang ada juga yang pincang di sana-sini.
Saya memperkirakan ada yang salah dengan nilai saya itu, namun saya juga sangat percaya sama Rijal, toh dia teman yang baik, tidak mungkin ia menipu saya.
Hari Minggu 28 Februari 2010, saya bertolak ke Banda Aceh, meninggalkan kampung halaman. Sampai di Banda Aceh saya masih dibuat gelisah dengan nilai 0.95 itu. Semangat menurun, tidurpun terasa terusik, pastinya tidak nyenyak sama sekali. Hari Selasa 2 Maret 2010, Di sebuah warung kopi Saya bertemu Rijal, jadwal pertemuan sudah saya atur sebelumnya.
Rijal tampak santai di temani minuman dingin berwarna kuning, setelah menyapa saya duduk di sampingnya. “Hei bro, kangen kali saya sama kamu” Canda rijal sembari senyum melotot wajah saya. “Kok wajahnya kusut kali senyum dong” Tambahnya lagi, saya tersenyum. “Bagaimana dengan nilai IP saya, apa masih 0.95″ kata saya dengan lesu, Rijal hanya mengangguk, meyakinkan kalau nilai saya IP saya memang begitu adanya.
“Gimana kalau kita komplain ke bagian akademik” tanya Rijal, “Boleh” jawab saya singkat, Lalu Rijal mengambil tasnya, ia memasukkan tangannya, dan mengeluarkan berkas-berkas kertas dalam plastik, termasuk berkas IP saya ada juga di dalamnya. Karena terlalu banyak kertas, ia harus memilah-milah, mencari-cari pasti nilai IP milik saya.
Dan Rijal menyodorkan kertas berukuran A4 pada saya, dari cirinya saya tahu kertas itu tertulis kumpulan nilai-nilai saya selama kuliah di semester 3. Saya mengambilnya, mata saya langsung tertuju pada tulisan bertuliskan IP. Aneh, dan ada yang berbeda. Disana tidak tertulis 0.95, melainkan 2.71. Setelah menanyakan pada Rijal IP yang sebenarnya adalah 2.71.
Akhirnya saya tahu, kalau sebelumnya Rijal membohongi saya dengan tidak memberi tahu nilai IP yang sebenarnya. “Saya hanya ingin melihat respon kamu saja, rupanya tak ada yang istimewa” Katanya beralasan sembari ketawa puas. Tapi hati saya sedikit senang, bagaimana tidak, bermandikan keringat, melawan terpaan debu, melawan sengat matahari selama satu semester, rupanya tidak sia-sia. Ya, saya ditipu tapi puas. Ha ha ha.
Adalah dalam hal perkuliahan, kawan saya itu, namanya Rijal, sampai hati menipu saya. Waktu itu, Kamis 25 Februari 2009, saya bertolak ke kampung halaman karena sesuatu hal, karenanya saya tidak bisa menyelesaikan administrasi kuliah, saya meminta tolong pada Rijal agar menggantikan saya dalam mengurusi urusan kuliah.
Urusan itu mengambil nilai IP (indeks prestasi) saya yang belum keluar di bagian akademik kampus, karena sesuatu kesalahan, nilai IP atas nama saya jadi terlambat keluar, terpaksa saya harus mengambil beberapa hari kedepan, menunggu kesalahan diperbaiki. Makanya saya utus Rijal, karena saya pulang ke kampung halaman.
Saya baru saja melewati semester 3, di semester 1 saya mendapat IP yang di bawah standar, semester 2 saya juga mengalami hal sama, karena itu di semester 3 saya di batasi mengambil mata kuliah, saya menerima semua keanjlokan nilai IP, karena kesalahan dan kelalaian saya sendiri, kalau saya lebih yakin mungkin hal itu tidak akan terjadi pastinya.
Kini semester tiga usai sudah, IP belum saya ketahui berapa nilainya, karena saya di kampung, saya menunggu Rijal yang mengambil IP saya. Pada tanggal 26 Februari Jumat malam, saya mencoba mengirim SMS untuk Rijal, menanyakan berapa nilai IP saya. Dengan deg-degkan saya menunggu balasannya, berharap ia menyebutkan nilai yang tinggi.
Sesaat hape saya berbunyi, mata saya melotot layar hape, tombol view saya tekan dengan gelisah, bagaimana tidak, semester 3 ini, saya berniat tidak melalaikan, dan akan lebih mengutamakan kuliah daripada kerja. Niat kedepan, saya fokus kuliah dan optimids akan memetik nilai yang baik.
Balasan SMS muncul, tak lain dari Rijal, melihat SMS kiriman Rijal itu saya tambah gelisah, membuat semangat saya menurun untuk fokus kuliah di masa mendatang. Rizal melalui SMS itu mengatakan nilai IP saya adalah 0.95, saya terpana seakan tidak percaya.
Kurang yakin dengan nilai segitu rendahnya, saya meyakinkan dengan menelepon Rijal secara langsung, “Ia Zul, memang segitu nilai kamu, bagaimana mungkin saya bohong sama kamu” Kata Rijal meyakinkan. Telepon saya tutup, mencoba memikirkan nilai 0.95, saya tidak percaya, padahal selama kuliah saya selalu menyelesaikan tugas dosen dengan baik. Walau terkadang ada juga yang pincang di sana-sini.
Saya memperkirakan ada yang salah dengan nilai saya itu, namun saya juga sangat percaya sama Rijal, toh dia teman yang baik, tidak mungkin ia menipu saya.
Hari Minggu 28 Februari 2010, saya bertolak ke Banda Aceh, meninggalkan kampung halaman. Sampai di Banda Aceh saya masih dibuat gelisah dengan nilai 0.95 itu. Semangat menurun, tidurpun terasa terusik, pastinya tidak nyenyak sama sekali. Hari Selasa 2 Maret 2010, Di sebuah warung kopi Saya bertemu Rijal, jadwal pertemuan sudah saya atur sebelumnya.
Rijal tampak santai di temani minuman dingin berwarna kuning, setelah menyapa saya duduk di sampingnya. “Hei bro, kangen kali saya sama kamu” Canda rijal sembari senyum melotot wajah saya. “Kok wajahnya kusut kali senyum dong” Tambahnya lagi, saya tersenyum. “Bagaimana dengan nilai IP saya, apa masih 0.95″ kata saya dengan lesu, Rijal hanya mengangguk, meyakinkan kalau nilai saya IP saya memang begitu adanya.
“Gimana kalau kita komplain ke bagian akademik” tanya Rijal, “Boleh” jawab saya singkat, Lalu Rijal mengambil tasnya, ia memasukkan tangannya, dan mengeluarkan berkas-berkas kertas dalam plastik, termasuk berkas IP saya ada juga di dalamnya. Karena terlalu banyak kertas, ia harus memilah-milah, mencari-cari pasti nilai IP milik saya.
Dan Rijal menyodorkan kertas berukuran A4 pada saya, dari cirinya saya tahu kertas itu tertulis kumpulan nilai-nilai saya selama kuliah di semester 3. Saya mengambilnya, mata saya langsung tertuju pada tulisan bertuliskan IP. Aneh, dan ada yang berbeda. Disana tidak tertulis 0.95, melainkan 2.71. Setelah menanyakan pada Rijal IP yang sebenarnya adalah 2.71.
Akhirnya saya tahu, kalau sebelumnya Rijal membohongi saya dengan tidak memberi tahu nilai IP yang sebenarnya. “Saya hanya ingin melihat respon kamu saja, rupanya tak ada yang istimewa” Katanya beralasan sembari ketawa puas. Tapi hati saya sedikit senang, bagaimana tidak, bermandikan keringat, melawan terpaan debu, melawan sengat matahari selama satu semester, rupanya tidak sia-sia. Ya, saya ditipu tapi puas. Ha ha ha.