Pesan Dari ArtJog 10



Pembukaan ArtJog 10 pada Jumat 19 Mei 2017 malam, membuat pengunjung bosan berdesakan di pintu masuk sebelah utara gedung Jogja Museum Nasional (JMN). Selagi mengantri, dari ribuan penonton, ada yang sibuk dengan gawai, pelukan, barangkali ada yang ciuman, hingga ada yang melototi instalasi bentuk bola mata disusun menjulang.

Di dinding pintu masuk tertulis penjelasan singkat tentang “Changing Perspective”, tema ArtJog 10. Memasuki gedung penasaran itu tentu saja kita memasuki ruang pameran, bukan ruang kamar ganti pemain sepakbola, melainkan pajangan karya aneka benda rupa, yang barangkali hanya tuhan dan seniman itu sendiri yang tahu maksudnya.

JMN punya tiga lantai, setiap lantai punya ruang-ruang khusus seperti kamar, setiap ruang disesuaikan dengan tema karya. Karya berbentuk video dan audio visual diciptakan ruang gelap, juga dengan karya yang menonjolkan warna cahaya. Karya instalasi dan lukisan punya ruang yang lebih terang dan sorot lampu khusus ke arah pajangan karya, ada yang ditempel di dinding, disangkut dari atap ada juga diletakkan begitu saja di lantai.

Suasana pembukaan sungguh tidak nyaman, membludaknya pengunjung membuat ruang pameran seperti pasar ikan. Pengunjung mondar-mandir berlawanan arah, berdesakan di lorong-lorong hingga saling tabrak. Saat menikmati setiap karya muncul persoalan lain, paling menjengkelkan adalah ketika ada pengunjung yang melompat langsung tepat ditengah karya untuk mengambil pose selfie, ini sungguh mengganggu proses memperalamkan sebuah karya seni.

Proses dalam menghayati karya seni, seperti saya, banyak pengunjung yang juga mengernyitkan dahi jika ada karya rupa yang memunculkan pertanyaan, "itu maksudnya apaan?" atau "melalui karya itu seniman mau sampein pesan apa?"  


Memang, setiap karya tertulis judul, nama seniman dan deskripsi singkat. Lebih dari itu, saya kira seni membawa pesan yang sarat makna, melalui seni seorang seniman sedang menyuguhkan persoalan-persoalan ketimpangan dalam bermasyarakat. Jadi keliru rasanya hanya melihat sebuah karya, sesederhana memberi kesimpulan dengan kata “bagus, keren atau hebat”.

Namun, karya-karya di ArtJog 10 tidak melulu menyoal ketimpangan, ada juga yang menyuguhkan hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya, seperti karya lukisan organ dalam tubuh manusia, seperti daging, tulang, saraf dan organ lainnya, dilukis diatas bentangan kain kulit. Melalui karya ini seniman mengajak kita untuk tidak hanya melihat keindahan luar tapi juga melihat keajaiban dan misteri dibalik kulit manusia.

Ada puluhan karya rupa dari seniman dalam dan luar negeri yang dipamer di JMN, Yogkarta, yang berlangsung 19 Mei sampai Juni 2017, pameran dibuka dari pukul 10 pagi sampai pukul 10 malam setiap harinya. ArtJog hanya gratis hanya saat malam pembukaan, setelahnya, dikenakan tiket 50 ribu. Saya beruntung sempat hadir saat pembukaan, namun celakanya keindahan ciptaan ‘seni’ tuhan berwujud perempuan, mengganggu konsentrasi saya sehingga saya tidak terlalu menikmati karya seni manusia. Hehe.




Popular posts from this blog

Ikan Sebelah, Makanan Sisa Nabi Musa