Berbuka dengan Tiga Kiss

Sore itu, saya berkostum sedikit mirip Pak Haji. Yang dulunya saya suka bercelana, kini tampil beda dengan memakai sarung berwarna keemasan dengan motif gambar kotak-kotak, di padu dengan baju koko berwarna putih pembelian lebaran tahun lalu, tak lupa kopiah hitam juga nyangkut di kepala saya.

“5:5 samaUstadz Jefri Al Bukhori” komentar Si Udin, yang menjadi kawan buka bareng sore itu!

Saya tidak sedang di cafe, apalagi di restaurant, yang pasti bukan di tempat yang berbau kemewahan, Saya menunggu bedug buka di ruang tamu kantor Harian Aceh, cuma saya dan si Udin, sang OB Harian Aceh (HA). Yang lain teman wartawan yang biasa ikut nongol, kini entah kemana memenuhi jadwal berbuka di tempat lain.
Sesekali saya lirik jam dinding, tepat di atas kepala si Udin yang duduk tepat berhadapan dengan saya, di luar kantor, orang-orang sibuk bertukar rupiah dengan penjual kue penganan buka, Pengendara di jalanan juga ikutan sibuk dengan sedikit ngebut, seolah tak sempat berbuka puasa lagi.

“Din sekarang puasa ke berapa?” tanya saya pada si Udin

“Puasa ke lima belas” jawab udin singkat, saya tahu pasti dia sudah gak sabaran nunggu bedug berbunyi.

Tak sengaja saya menangkap bola mata si Udin meluncur ke luar, menembus pintu depan kantor HA yang terbuat dari kaca hitam transparan. Penasaran, sayapun memutar kepala ke belakang, pemandangan asripun terlihat jelas, pantas saja bola mata si Udin jadi nakal gara-gara pemandangan itu.

“Macam di televisi aja wak, cantek-cantek” suara Udinpun keluar melawan perut keroncongan sambil senyum-senyum melirik cewek-cewek memakirkan Sepeda Motor yang berlalu ke Cafe sebelah tepat di samping kantor HA.

“Kenapa gak masuk ke sini aja ya!” tambah si Udin membuat saya angkat suara.

“Walah Din, ini bulan puasa, jangan mikir macam-macam, entar puasanya batal lo, tanggung ni lima menit lagi!” Sayapun melirik jam dinding ke sekian kalinya.

“Iya juga ya, he he”

Tanpa nunggu lama bedugpun berbunyi, dug dug dug, segera saja Udin menengadahkan tangannya sambil mengucap doa dengan semangat “Allahumma la kasumtu wabika amantu wa’alariskika aftartu birahmatika yaa arhamarrahimin, Amin”

Sayapun ikut mengamini sambil minum seteguk air aqua, dan merobek bungkusan satu buah permen di antara tiga permen berwarna biru tua yang sedari tadi menjadi hidangan buka saya sore itu, permen itu berlabel Kiss.

Permen pun saya celupkan dalam mulut, menghisap-hisap sambil melihat si Udin yang lagi asik mengekspor nasi ke dalam mulutnya, tangan juga yang begitu lincah di atas tumpukan nasi, tiada ampun ia mencubit ikan yang tidak berdaya, dan ikut tenggelam masuk ke dalam mulutnya.

Perut saya riuk-riukkan juga melihat si Udin melahap nasi, Apalah daya menu saya hanya satu botol aqua dan tiga permen kiss. Tak berbuat banyak karena emang saya tak sedang berselera makan, dan sayapun berlalu mengikuti arah suara adzan maghrib yang terdengar sayup-sayup!

Popular posts from this blog

Ikan Sebelah, Makanan Sisa Nabi Musa